Book Review: The Number You Are Trying to Reach is Not Reachable - Adara Kirana
The Number You Are Trying to Reach is Not Reachable - Adara Kirana
Judul buku: The Number You Are Trying to Reach is Not Reachable
Penulis: Adara Kirana
Penyunting: MB Winata
Desain sampul: Raden Monic
Penerbit: Bukune
ISBN: 978-602-220-196-0
Cetakan pertama, September 2016
Jumlah halaman: 298 hlm.
Blurb:
Kata orang-orang, aku ini genius dan kelewat serius.
Oke, memang koleksi piala dan medali olimpiadeku sedikit lebih banyak dari jumlah perempuan yang dilirik Zeus. Aku masih seusia anak kelas sepuluh, tapi sudah ikut beberapa try out SBMPTN, dan dapat nilai paling tinggi.
Namun, Kak Zahra—guru homeschooling-ku-menganggapku perlu bersosialisasi. Katanya, biar "nyambung" sama orang-orang.
Untuk apa? Aku punya teman kok: Mama, Kak Zahra, Hera, dan... saudara-saudara yang sering kulupa namanya.
***
“The Thirteen Books of Euclid's Elements. Buku itu bisa kamu dapat asal kamu mau masuk SMA,” tantang Kak Zahra suatu hari.
Tidak mungkin. Itu kan, buku legendaris yang ditulis sejak abad ketiga sebelum Masehi. Aku ingin sekali mengoleksi dan mempelajarinya sendiri. Rasanya pasti lebih memuaskan.
"Oke, aku coba satu semester, ya," jawabku mantap.
Demi buku itu, bolehlah aku jalani hidup sebagai anak SMA biasa. Lagi pula, sesulit apa "nyambung" sama orang-orang?
Oke, pertama, aku bingung harus ngomong apa.
It was my first posting in this year since i've posted the last one on December 2014! and yeah.. i'm soo excited for it!
Umh, so, buku ini becerita tentang tokoh utamanya, Aira, yang pinternya pake kebangetan. Oke, bukan pinter, tapi genius. Nah, mungkin karena kegeniusannya itulah, Aira ini jadi merasa berbeda dari teman-teman sebayanya. Dia sering merasa dianggap aneh sama orang-orang karena kemampuannya yang emang lebih dari anak seusianya. Misalnya, waktu kelas tiga SD, dia udah selesai menghafal keseluruhan isi KBBI. Pokoknya, kegeniusan Aira ini bisa bikin orang-orang yang baca bilang, "Alig."
![]() |
standing applause buat kegeniusan Aira! :') |
Akhirnya, karena enggak tahan sama pandangan pandangan aneh teman-temannya waktu kelas satu SD, Aira pun memutuskan buat homeschooling di rumahnya. Jadi, dari kelas satu SD sampai lulus SMP, Aira ini belajar di rumahnya. Selama itu, Aira enggak pernah merasa kesepian karena kehidupannya ditemani sama Mama (yang sama geniusnya dan perfeksionis banget), Kak Zahra (guru homeschooling-nya), dan pastinya segudang buku-buku yang amat dicintainya. Nah, karena semua itulah, Aira jadi kayak orang yang individual—jarang bersosialisasi.
Oke. Tapi, yang namanya hidup, pasti deh bakal ada perubahan. Kan, enggak mungkin Aira hidup kayak gitu terus sampai dia gede :')
Suatu hari, Kak Zahra nantangin Aira buat ikutan lomba cerdas cermat yang hadiahnya buku legendaris karya Thomas L. Heath, The Thirteen Books of Euclid's Elements.
Of course, dia enggak bisa dapet buku itu dengan mudahnya. Aira cuma bisa ikutan lomba cerdas cermat itu kalau dia masuk SMA.
Awalnya, Aira sangsi. Dia merasa udah punya segalanya tanpa harus masuk SMA. Singkatnya, si genius ini udah merasa nyaman sama kehidupannya yang sekarang—sebelum masuk SMA.
Tapi, akhirnya Aira mau juga masuk SMA. Dia mau nyobain jadi anak SMA selama satu semester. *yeaay!*
Awalnya, Aira sangsi. Dia merasa udah punya segalanya tanpa harus masuk SMA. Singkatnya, si genius ini udah merasa nyaman sama kehidupannya yang sekarang—sebelum masuk SMA.
Aku menatap Kak Zahra dengan ragu. "Tapi Kak, aku nyaris udah tamat semua materi SMA," kataku mengingatkan. "Dan nanti, waktuku buat belajar materi-materi yang kupelajari malah hilang." —hlm. 3
Tapi, akhirnya Aira mau juga masuk SMA. Dia mau nyobain jadi anak SMA selama satu semester. *yeaay!*
Nah, dari sinilah semua perubahan dalam hidup Aira berasal. Banyak hal baru yang bisa dia dapat. Mulai dari punya temen, belajar bahasa gaul anak zaman sekarang, menghadapi masalah-masalah remaja, sampai, yang paling penting... belajar "nyambung" sama orang-orang!
Buku The Number You Are Trying to Reach is Not Reachable ini adalah buku genre coming of age pertama yang aku baca. Buku ini ringan. Aku nyelesain buku ini dua harian (diseling sama tugas sekolah).
Yang jadi konflik utama di buku ini adalah tentang perubahan—proses perubahanAira dari yang enggak bisa bersosialisasi, sampai jadi bisa bersosialisasi. Awal-awalnya Aira ini khawatir banget sama perubahan yang ada di hidupnya. Aira di sekolah sama Aira di rumah itu beda. Di sekolah, dia berusaha nyesuain sikap dan pembawaannya kayak anak-anak biasa di sekolahnya. Tapi di rumah, dia bersikap seperti Aira yang 'normal'. Tapi lama-kelamaan beberapa hal mulai berubah. Contohnya, dia mulai nyentuh hape di rumah. Bagi dia, perubahan-perubahan semacam itu aneh banget dan bikin dia khawatir. Mungkin mirip-mirip sama karakter Carrie yang over khawatir pas pertama kali period sampe-sampe dia ngira dia mau mati, kali ya?
Eh, kayaknya enggak. Itu terlalu ekstrem.
Kemudian, terpikir olehku, perkataan Mama tadi—tentang bagaimana kalau kita mengubah sesuatu dalam hidup, lama-lama seluruh hidup kita akan berubah. Bagaimana kalau aku berubah dan lama-lama—sekaligus secara tidak sadar—menjadi seperti remaja kebanyakan yang malas belajar dan sebagainya? —hlm. 111
Oh, iya. Aira yang udah kita tahu kelewat genius ini, di sekolah dia ini bersikap seolah-olah dia enggak genius—dia ini siswa yang biasa-biasanya. Dengan kata lain, Aira ini kayak 'nyembunyiin' kegeniusan dia. Dia enggak bisa dibilang bohong, sih, tentang itu, soalnya dia enggak pernah bilang dia ini enggak pinter atau apa. Alasannya sama kayak kenapa dia mutusin buat homeschooling waktu SD. Dia enggak mau dianggap aneh dan freak sama temen-temennya. Kayak, disaat temen-temnnya sibuk berkutat sama ponselnya, Aira malah asyik 'melahap' buku dan mendiskusikannya dengan Mama.
Selain Mama dan Kak Zahra, masih banyak tokoh-tokoh lain yang ngeramein (
Terus, ada Arka yang karakternya lovable banget. Arka ini adalah guru kelas tambahannya Aira yang masih kuliah (Aira terpaksa masuk kelas tambahan itu karena dimasukkin secara sepihak sama Rio). Menurutku Arka ini charming, cerdas, asyik, dan sangat berkarisma. (entah kenapa aku bayangin Arka wajahnya itu kayak mirip-mirip Tyler Posey HAHAH. padahal, kalau liat di wattpad trailer-nya itu imagine-nya Ian Harding. Eh, iya enggak, sih?).
Beberapa saat kemudian, terdengar langkah kaki mendekat, dan masuklah seorang pria. Kelihatannya masih muda, umurnya pasti masih di awal dua puluhan. Aku bisa melihat kenapa orang-orang berkata guru ini ganteng. Yah, menurutku sendiri, tampangnya lumayan—dengan tubuh tinggi, rambut agak ikal, dan wajah yang manis. Dia juga tampak ramah dan santai. —hlm. 60
Dia satu-satunya orang selain Mama dan Kak Zahra yang bisa ngerti 'bagaimana' Aira itu. Mereka berdua sering mendiskusikan buku-buku yang mereka baca (persis kayak Aira yang suka ngediskusiin buku yang udah dia baca bareng mamanya). Di cerita, nanti-nanti Arka ini punya perasaan yang lebih buat Aira.
![]() |
Arka (Tyler Posey) dalam bayangan aku (kanan). Dylan-nya enggak usah diabaikan, ok? |
Rio, dia itu siswa terkenal yang tinggal satu komplek sama Aira. Orang inilah yang masukkin Aira ke kelas tambahan buat orang-orang yang nilainya kurang, juga, orang yang jadi Guru Bahasa Gaul-nya Aira di sekolah. Karakter Rio ini cheesy banget, easy going, terus kocak,
Terus, aku juga suka pas baca bagian percakapan Rio sama Aira (sama temen-temennya Rio yang nimbrung, juga), apalagi yang pas lagi ngajarin bahasa gaul. Rio ini absurd banget, sumpah.
Rio pura-pura berdeham. "Oke, kita coba, ya. Ceritanya, gue yang PDKT, terus lo korbannya.
"Oke.”
"Halo,"
"Hai," balasku, merasa geli.
"Boleh nanya, enggak?" tanya Rio.
"Barusan itu nanya."
Rio tertawa. "Ya udah, langsung nanya aja, deh. Kalau makan telur, lo suka mateng atau setengah mateng?"
“Setengah mateng,” jawabku.
Rio mengangguk-angguk. “Mau tahu enggak gue sukanya kayak gimana?’
“Gimana?”
“Gue sukanya makan telur setengah potong,”
“Hah? Kenapa?” tanyaku.
“Iya, kan, setengahnya lagi yang makan lo. Jadi makannya berdua gitu.”
Aku tidak bisa tidak tertawa. “Creepy banget,” komentarku. —hlm. 132 dan 133
![]() |
ekspresiku waktu baca buku pas bagian Rio-Aira :)) |
Oh, ya, sebenernya, aku udah lama namatin buku ini tapi baru pengin ngereview sekarang. Dan sebenernya lagi aku udah dapet sedikit gambaran tentang buku ini sebelum baca. Sebelum jadi buku yang pelukable, aku udah baca sebagian ceritanya secara virtual di wattpad.
Tapi, ceritanya enggak dilanjut sampai tamat karena akan diterbitkan. Suatu hari, temen nawarin buku ini pas pre-order (karena sesuatu), dan tanpa pikir panjang aku mau.
Waktu aku baca, ada beberapa hal yang diubah dari versi wattpad. Termasuk arah ceritanya juga (kalau aku enggak salah. aku bandinginnya dari blurb cerita yang versi watty dulu).
Secara keseluruhan, ceritanya bagus dan cocok banget buat anak remaja yang lagi pada masa transisi (aku juga, kok) menjadi lebih dewasa (sikapnya, lho, ya) dalam menghadapi masalah sehari-hari. Gaya berceritanya juga enak kok. Bahasanya enggak berbelit-belit, luwes. Alurnya ngalir sehingga kita gampang ngikutin cerita ini, enggak akan sampai bikin dahi kita ngernyit karena enggak ngerti atau stuck di tengah-tengah cerita.
![]() |
bacanya santai aja, sambil minum teh. |
Terus untuk kavernya, lucu banget deh. Waktu pertama kali liat bukunya (pas pe-order), aku jadi langsung pengin majang buku ini di rak :)))
Oh, ya, judulnya juga eye-catching banget gegara panjang dan ngingetin orang-orang sama suara mbak-mbak operator yang ngeselin :). Di akhir cerita, kalian bakal ngerti, deh, kenapa buku ini judulnya 'The Number You Are Trying to Reach is Not Reachable—nomor yang anda tuju tidak dapat diraih'
Tapi, aku nyayangin banget karena masih ada beberapa typo yang bertebaran. Terus, ada juga yang salah penulisan namanya gitu dan enggak dikasih titik di akhir kalimat. Enggak terlalu ngaruh, sih, tapi 'kan sedikit mengurangi nilai dari estetis bukunya *ngaco*
Beberapa orang bilang, perubahan itu menakutkan. Dulu, aku juga berpikir seperti itu. Apalagi setelah Mama bercerita tentang perubahan Hestia. Aku takut aku akan berubah dan menjadi salah satu orang-orang yang selama ini kuanggap orang-orang yang tidak nyambung denganku. —hlm. 287
Sekarang, yah, bukannya aku menyangkal kalau perubahan itu bukan hal yang menakutkan—menurutku, perubahan memang menakutkan. Tapi, itu adalah bagian dari hidup—bagian dari tumbuh besar. Mama pernah bilang, kalau Mama tidak berubah, mungkin aku tidak akan pernah ada. Dan itu benar. Perubahan tidak selamanya buruk, dan lagi pula, menurutku sekarang, perubahan juga dapat menentukan siapa diri kita sebenarnya. —hlm. 287
0 komentar